MAKALAH
MACAM – MACAM OBAT
UTEROTONIKA, PRE DAN EKLAMSIA, IMUNOLOGI, VITAMIN DAN MINERAL
Dosen
Pembimbing : Iit Ermawati, S.Kep.,M.Kes
PROGRAM
STUDI D III KEBIDANAN
STIKES
HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG
– PROBOLINGGO
TAHUN
AKADEMIK 2013 / 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bidan mempunyai peranan yang semakin penting dalam
tatalaksana obat selama persalinan dan periode postnatal. Tanggung jawab mereka
meliputi : pemberian obat; pemantauan keadaan ibu, janin serta neonatus untuk
mengemukakan tanda-tanda yang merugikan, dan preskripsi obat-obat tertentu
dengan mengikuti protokol setempat yang sudah disepakati. Disamping itu, bidan
merupakan sumber pertama penyuluhan pasien untukmenyampaikan informasi dan
nasehat tentang pemakaian obat misalnya peredaan rasa nyeri dalam persalinan
serta tatalaksana kala III persalinan. Dengan demikian bidan harus memahami
kerja, efek samping, peringatan dan kontraindikasi untuk obat-obat yang
digunakan pada kehamilan dankelahiran anak.
Pemberian obat harus selalu dilakukan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip pengetahuan hayati (bioscience)
yang relevan, dasar evidensi dan pertimbangan hukum.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja macam-macam obat uterotonika?
2.
Apa saja macam-macam obat pre dan eklamsia?
3.
Apa saja macam-macam obat imunologi?
4.
Apa saja macam-macam obat vitamin dan mineral?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui berbagai macam obat uterotonika.
2.
Untuk mengetahui berbagai macam obat pre dan eklamsia.
3.
Untuk mengetahui berbagai macam obat imunologi.
4.
Untuk mengetahui berbagai macam obat vitamin dan mineral.
D.
Manfaat
1.
Dapat mengetahui berbagai macam obat uterotonika.
2.
Dapat mengetahui berbagai macam obat pre dan eklamsia.
3.
Dapat mengetahui berbagai macam obat imunologi.
4.
Dapat mengetahui berbagai macam obat vitamin dan mineral.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MACAM –
MACAM OBAT UTEROTONIKA
I. Pengertian
Uterotonika
Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus.
Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan
serta penanganan perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus
inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala persalinan.Pemberian obat
uterotonik adalah salah satu upaya untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan
atau setelah lahirnya plasenta. Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan
sebelum bayi lahir. Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah untuk
mengurangi perdarahan kala III dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu,
pemberian pencegahan dapat diberikan pada setiap persalinan atau bila ada
indikasi tertentu. Indikasi yang dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan
menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu:
1.
Riwayat persalinan yang kurang
baik, misalnya:
2.
Riwayat perdarahan pada
persalinan yang terdahulu.
3.
Grande multipara (lebih dari
empat anak).
4.
Jarak kehamilan yang dekat
(kurang dari dua tahun).
5.
Bekas operasi Caesar.
6.
Pernah abortus (keguguran)
sebelumnya.
Bila
terjadi riwayat persalinan kurang baik, ibu sebaiknya melahirkan dirumah sakit,
dan jangan di rumah sendiri. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
1.
Persalinan/kala II yang terlalu
cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep.
2.
Uterus terlalu teregang, misalnya
pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.
3.
Uterus yang kelelahan, persalinan
lama.
4.
Uterus yang lembek akibat
narkosa.
5.
Inersia uteri primer dan
sekunder.
Obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan adalah Oksitosin
dan Ergometrin. Caranya, disuntikkan intra muskuler atau intravena (bila
diinginkan kerja cepat), setelah anak lahir.
II.
Macam – Macam Obat Uterotonika
1.
Alkaloid ergot
Sumber
: jamur gandum clavikus purpurea Berdasarkan efek dan struktur kimia alkaloid
ergot dibagi menjadi 3 :
a. Alkaloid
asam amino (ergotamin) Merupakan obat yang paling kuat dari kelompok alkaloid
asam amino
b.Derivat
dihidro alkaloid asam amino (dihiro ergotamin)
c. Alkaloid
amin
2.
Oksitosin
Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah
pituitary posterior yang menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa
laktasi. Oksitosin diduga berperan pada awal kelahiran.
3.
Misoprostol / Prostagladin
Misoprostol
adalah suatu analog prostaglandin Elsintetik yang menghambat sekresi asam
lambung dan nmenaikkan proteksi mukosa lambung.
III.
Cara Kerja Obat Uterotonika
1.
Alkaloid ergot
a.
Mempengaruhi otot uterus
berkontraksi terus-menerus sehingga memperpendek kala III (kala uri).
b.
Menstimulsi otot-otot polos
terutama dari pembuluih darah perifer dan rahim.
c.
Pembuluh darah mengalami
vasokonstriksi sehingga tekanan darah naik dan terjadi efek oksitosik pada
kandungan mature.
2.
Oksitosin
Bersama
dengan faktor-faktor lainnya oksitosin memainkan peranan yang sangat penting
dalam persalinan dan ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik
untuk menyebabkan :
a.
Kontraksi uterus pada kehamilan
aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada otot polos maupun lewat
peningkatan produkdsi prostaglandin
b.
Konstriksi pembuluh darah
umbilicus
c.
Kontraksi sel-sel miopital (
refleks ejeksi ASI ) .Oksitosin bekerja pada reseptor hormone antidiuretik (
ADH )* untuk menyebabkan :
1)
Peningkatan atau penurunan yang
mendadak pada tekanan darah 9 diastolik karena terjadinya vasodilatasi
2)
Retensin air
Catatan :
Oksitosin
dan hormone anti diuretic memiliki rumus bangun yang sangat mirip sehingga
menjelaskan mengapa fungsi kedua substansi ini saling tumpang tindih Kerja oksitosin yang lain meliputi :
·
Kontraksi tuba falopi untuk
membantu pengangkutan sperma,; luteolitis (involusi korpus luteum ).
·
Peranan neurotransmitter yang
lain dalam system saraf pusat.
·
Oksitosin disintesis dalam
hipotalamus, kelenjar gonad, plasenta dan uterus. Muylai dari usia kehamilan 32
minggu danselanjutnya, konsentrasi oksitosin dan demikian pula aktifitas uterus
akan lebih tinggi pada malam harinya ( Hirst et al, 1993 ).
Pelepasan
oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:
a.
Persalinan
b.
Stimulasi serviks vagina atau
parudara
c.
Estrogen yang beredar dalam darah
d.
Peningkatan osmolalitas /
konsentrasi plasma
e.
Volume carian yang rendah dalam
sirkulasi darah
f.
Stress dalam persalinan dapat
memacu partus presipitatus yang dikenal dengan istilah refleks ejeksi fetus.
Stress yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi produksi ASI.
Pelepasan
oksitosin disupresi oleh :
1.
Alcohol
2.
Relaksin
3.
Penurunan osmolalitas plasma
4.
Volume cairan yang tinggi dalam
sirkulasi darah ( Graves, 1996 )
3.
Misoprostol / Prostagladin
Setelah
penggunaan oral misprostol diabsobrsi secara ekstensif dan cepat
dide-esterifikasi menjadi obat aktif : asam misoprostol.Kadar
puncak serum asam misoprostol direduksi jika misoprostol diminum bersama
makanan.
IV. Indikasi dan Kontra Indikasi
1.
Alkaloid ergot
a.
Indikasi
Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska abortus, yaitu :
Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska abortus, yaitu :
·
Induksi partus aterm
·
Mengontrol perdarahan dan atoni
uteri pasca persalinan.
·
Merangsang konstraksi setelah
operasi Caesar/operasi uterus lainnya
·
Induksi abortus terapeutik
·
Uji oksitoksin
b.
Kontra Indikasi
Persalinan
kala I dan II
·
Hipersensitif
·
Penyakit vascular
·
Penyakit jantung parah
·
Fungsi paru menurunFungsi hati
dan ginjal menurun
·
Hipertensi yang parah
·
Eklampsi
2.
Oksitosin
a.
Indikasi
·
Indikasi oksitosik.
·
Induksi partus aterm
·
Mengontrol perdarahan dan atuni
uteri pasca persalinan
·
Merangsang konstraksi uterus
setelah operasi Caesar
·
Uji oksitoksik
·
Menghilangkan pembengkakan
payudara.
b.
Kontra Indikasi
Kontraksi
uterus hipertonik
·
Distress janin
·
Prematurisasi
·
Letak bayi tidak normal
·
Disporposi sepalo pelvis
·
Predisposisi lain untuk pecahnya
rahim
·
Obstruksi mekanik pada jalan
lahir
·
Preeklamsi atau penyakit
kardiovaskuler dan terjadi pada ibu hamil yang berusia 35 tahun
·
Resistensi dan mersia uterus
·
Uterus yang starvasi
·
Gawat janin
3.
Misopropil / Prostagladin
a.
Indikasi
·
Induksi partus aterm
·
Mengontrol perdarahan dan atoni
uteri pasca persalinan
·
Merangsang kontraksi uterus post
sc atau operasi uterus lainya
·
Induksi abortus terapeutik
·
Uji oksitosin
·
Menghilangkan pembengkakan mamae
B.
MACAM
– MACAM OBAT PRE DAN EKLAMPSIA
I.
Pengertian Pre dan Eklampsia
Preeklampsia
adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang
terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya
biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam
Muctar, 1998 ). Tidak berbeda dengan definisi Rustam, Manuaba ( 1998)
mendefinisikan bahwa preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah
tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema
(penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu
pertama setelah persalinan. Selain itu, Mansjoer ( 2000 ) mendefinisikan bahwa
preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
(Mansjoer, 2000). Menurut kamus saku kedokteran Dorland, Preeklampsia adalah
toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan
proteinuria.
Berdasarkan
beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa preeklampsia
( toksemia gravidarum ) adalah sekumpulan gejala
yang timbul ada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi,
edema dan poteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu
pertama setelah persalinan.
Eklampsia
adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik)
dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
II.
Etiologi Preeklampsia dan
Eklampsia
Penyebab
preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
·
Bertambahnya
frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola
hidatidosa.
·
Bertambahnya
frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
·
Dapat terjadinya
perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
·
Timbulnya
hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang
mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan
ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori
tersebut antara lain :
·
Peran Prostasiklin
dan Tromboksan .
·
Peran faktor
imunologis.
Beberapa studi juga
mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia.
·
Peran faktor
genetik /familial
·
Terdapatnya
kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak dari
ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
·
Kecenderungan meningkatnya
frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat
pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
·
Peran
renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
III. Klasifikasi Preeklampsia dan
Eklampsia
Dibagi menjadi 2 golongan Pre eklampsia Ringan dan Pre
eklampsia.
a.
Preeklampsia
Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
·
Tekanan darah
140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau
kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
·
Edema umum, kaki,
jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.
·
Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per
liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream.
b.
Preeklampsia Berat
·
Tekanan darah
160/110 mmHg atau lebih.
·
Proteinuria 5 gr
atau lebih per liter.
·
Oliguria, yaitu
jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
·
Adanya gangguan
serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
·
Terdapat edema paru
dan sianosis.
IV.
Macam – Macam Obat Preeklampsia dan Eklampsia
1. Magnesium sulfat
Merupakan
antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang kambuhan dan
mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran darah ke fetus. Magnesium
sulfat berhasil mengontrol kejang eklamptik pada >95% kasus. Selain
itu zat ini memberikan keuntungan fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan
aliran darah ke uterus.
2.
Fenitoin
Fenitoin telah
berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik. Fenitoin bekerja
menstabilkan aktivitas neuron dengan menurunkan flux ion di seberang membran
depolarisasi. Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan secara oral untuk
beberapa hari sampai risiko kejang eklamtik berkurang.
3.
Diazepam
Telah lama
digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada kejang eklamptik. Mempunyai
waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP yang signifikan.
4.
Hidralazin
Merupakan
vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan takikardi dan peningkatan
cardiac output. Hidralazin membantu meningkatkan aliran darah ke uterus dan
mencegah hipotensi. Hidralazin dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol
hipertensi pada 95% pasien dengan eklampsia.
5.
Labetalol
Merupakan
beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan per oral. Digunakan
sebagai pengobatan alternatif dari idralazin ada penderita eklampsia.
6.
Nifedipin
Merupakan Calcium
Channel Blocker yang mempunyai efek vasodilatasi kuat arteriolar. Hanya
tersedia dalam bentuk preparat oral.
V. Cara Kerja Obat Preeklampsia dan Eklampsia
1.
Magnesium Sulfat
Mengahambat atau
menurunkan asetikolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi
neuromuskular. Transmisi neuromuscular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada
pemberian magnesium sulaft, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran
rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion
kalsium dan ion magnesium) kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat
menghambat kerja magnesium sulfat.
2. Fenitoin
Pada korteks
motoris yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang. Kemungkinan hal ini
disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron dan fenitoin cenderung
menstabilkan ambang rangsang terhadap hipereksitabilitas yang disebabkan
perangsangan berlebihan atau kemampuan perubahan lingkungan di mana terjadi
penurunan bertahap ion natrium melalui membran. Ini termasuk penurunan
potensiasi paska tetanik pada sinaps. Fenitoin menurunkan aktivitas maksimal
pusat batang otak yang berhubungan dengan fase tonik dari kejang tonik-klonik
(grand mal).
3.
Diazepam
Diazepam melewati
barier plasenta dan dapat menyebabkan depresi pernapasan pada neonatus,
hipotensi dan hipotermi hingga 36 jam setelah pemberiannya. Depresi neonatal
ini hanya terjadi bila dosisnya lebih dari 30 mg pada 15 jam sebelum kelahiran.
4.
Hidralazin
Merelaksasi otot
polos arteriol secara langsung dan vasodilatasi yang terjadi dapat menimbulkan
reaksi kompensasi yang kuat berupa peningkatan denyut dan kontraktilitas
jantung, serta peningkatan renin plasma dan retensi cairan yang akan melawan
efek hipotensi obat. Penurunan tekanan diatolik lebih besar daripada tekanan
sitolik. Absorpsinya melalui saluran cerna dan hamper sempurna.
5.
Labetalol
Memblokir reseptor
adrenergic yang memperlambat kecepatan sinus jantung, menurunkan resistansi
peripheral vascular, dan menurunkan output kardiak.
6.
Nifedipin
Nifedipin bekerja
sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion kalsium masuk ke dalam
otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos tergantung pada ion
kalsium ekstra seluler, maka dengan adanya antagonis kalsium dapat menimbulkan
efek inotropik negatif. Demikian juga dengan Nodus Sino Atrial (SA) dan Atrio
Ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik negatif dan perlambatan konduksi
AV.
C. MACAM –
MACAM OBAT IMUNOLOGI
I. Pengertian Imunologi
Sistem imun membentuk sistem
pertahanan badan terhadap bahan asing seperti mikroorganisma (bakteria, kulat,
protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi toksik, atau sel-sel
tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang bahan
asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut
supaya pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan
gerak balas yang lebih cepat dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan
sesuatu individu yang telah sembuh dari sesuatu penyakit untuk kekal sihat
apabila terdedah kepada penyakit yang sama untuk kali kedua dan seterusnya.
Imunologi ialah cabang bidang perubatan yang berkaitan dengan gerak balas tubuh
terhadap antigen. Pengimunan atau pemvaksinan menjana keupayaan untuk bertahan
terhadap sesuatu penyakit tanpa mendedahkan tubuh kepada penyakit tersebut.
Apabila sistem imun cacat, tertekan atau gagal, seperti dalam Sindrom Kurang
Daya Tahan (AIDS) dan penyakit-penyakit kurang keimunan, kesannya ialah
jangkitan yang teruk atau boleh membawa maut.
Suatu ciri asas sistem imun ialah
keupayaan untuk membezakan bahan-bahan yang wujud secara semula jadi atau
normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang masuk ke dalam tubuh dari
luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas terhadap bahan bukan diri
sahaja. Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas terhadap diri dikenali sebagai
toleransi. Peri pentingnya keupayaan untuk membezakan (mendiskriminasi) antara
diri dan bukan diri, serta toleransi diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit
autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut gagal. Penyakit-penyakit ini terhasil
apabila bahan normal tubuh dicam sebagai asing dan gerak balas imun dihasilkan
terhadap bahan-bahan tersebut. Walau bagaimananpun, sistem imun lazimnya amat
berkesan membezakan antara diri dan bukan diri.
II. Antibody dan Penghasilannya
Antibodi merupakan molekul-molekul
dalam plasma yang berfungsi mengcam dan bergabung dengan antigen asing.
Antibodi tergolong ke dalam kumpulan protein yang dipanggil imunoglobulin (Ig).
Terdapat lima kelas imunoglobulin berdasarkan perbezaan struktur, iaitu IgG,
IgM, IgA, IgD dan IgE. Setiap satu kelas mempunyai ciri-ciri biologi dan fungsi
berbeza. Dalam bidang perubatan dan penyelidikan antibodi monoklon banyak digunakan.
Antibodi monoklon adalah tulen, homogen, dan dihasilkan oleh sel hibrid yang
dibentuk dari perlakuran sel B dan sel tumor dalam kultur. Antibodi monoklon
boleh digunakan untuk diagnosis dan terapi, seperti dalam peneutralan toksin
dalam peredaran atau penyasaran (targetting) dadah dan radioisotop kepada sel
kanser. Antibodi membanteras infeksi melalui
berbagai cara. Organisma ataupun toksin-toksin yang dihasilkan boleh
dineutralkan oleh antibodi yang menghalang bahan-bahan tersebut dari bergabung
kepada sel. Antibodi juga membantu sel-sel fagosit (makrofaj, neutrofil)
menelan bakteria atau menyebabkan lisis organisma dan sel terinfeksi. Ini
terhasil dari kerjasama antibodi dengan pelengkap atau sel NK.
IgG merupakan antibodi yang paling
banyak, terdapat terutamanya dalam serum, serta cecair dalam badan. IgG adalah
benteng pertahanan penting terhadap bakteria, virus atau kulat yang telah
memasukki badan. Dalam manusia, IgG merupakan satu-satunya imunoglobulin yang
boleh melintas plasenta, oleh itu penting untuk pertahanan bayi baru lahir
terhadap infeksi bakteria dan virus.
IgM ialah imunoglobulin bersaiz paling besar dan terdiri dari lima unit yang digabungkan. IgM ialah kelas antibodi yang dihasilkan paling awal dalam gerak balas primer dan ia merupakan pengaktif sistem pelengkap yang efisyen. Sistem pelengkap terdiri dari satu set protein plasma yang apabila diaktifkan dalam urutan yang betul membentuk laluan (lobang) pada membran sel sasaran dan membawa kepada kematian sel. IgM dan pelengkap amat efisyen memusnahkan bakteria Gram negatif atau parasit protozoa yang telah memasukki saluran darah. Pelengkap juga menyebabkan gerak balas keradangan apabila diaktifkan.
IgM ialah imunoglobulin bersaiz paling besar dan terdiri dari lima unit yang digabungkan. IgM ialah kelas antibodi yang dihasilkan paling awal dalam gerak balas primer dan ia merupakan pengaktif sistem pelengkap yang efisyen. Sistem pelengkap terdiri dari satu set protein plasma yang apabila diaktifkan dalam urutan yang betul membentuk laluan (lobang) pada membran sel sasaran dan membawa kepada kematian sel. IgM dan pelengkap amat efisyen memusnahkan bakteria Gram negatif atau parasit protozoa yang telah memasukki saluran darah. Pelengkap juga menyebabkan gerak balas keradangan apabila diaktifkan.
IgA merupakan benteng terhadap
organisma patogen dalam usus, saluran pernafasan dan saluran urogenital. Sel B
penghasil antibodi yang terdapat di kawasan-kawasan ini menghasilkan molekul
IgA dimer, yang diangkut melintasi selaput epitelium dan dirembeskan pada
permukaan mukosa. IgA rembesan menghalang pergabungan bakteria dan virus kepada
epitelium, dan oleh yang demikian mencegah penyakit setempat atau patogen dari
merebak ke bahagian tubuh yang lain. Keseluruhannya, IgA adalah antibodi yang
banyak di dalam tubuh.
IgE boleh mencetuskan tindak balas
alergi cepat seperti asma (lelah). Antibodi ini bergabung dengan permukaan
sel-sel mast yang terdapat berhampiran saluran darah. Sel-sel ini mengandungi
granul-granul yang terdiri dari histamina dan bahantara keradangan lain dan
bahan-bahan ini dibebaskan dengan cepat apabila partikel-partikel seperti
debunga atau bulu haiwan bergabung dengan molekul IgE yang tergabung pada
permukaan sel mast. Histamina dan bahan-bahan lain yang dibebaskan oleh sel
mast menyebabkan gejala-gejala yang dikaitkan dengan tindak balas alergi.
IgD beroperasi bersama IgM sebagai
reseptor untuk antigen pada permukaan sel B. Amat sedikit IgD dirembeskan.
Input dari sel T penolong lazimnya
diperlukan untuk sel B berkembang menjadi sel plasma penghasil antibodi. Sel T
penolong menghasilkan protein-protein larut, atau sitokina, yang dipanggil
interleukin (IL) 4, 5 dan 6 yang menyebabkan sel B membahagi dan membeza
selepas bergabung dengan antigen. Keperluan sel T penolong menerangkan mengapa
penghasilan antibodi berkurangan dalam penyakit AIDS, di mana sel T penolong
dimusnahkan oleh infeksi HIV.
III. Kontra
Indikasi
Kontra indikasi dalam pemberian ada 3,
yaitu:
Analvilaksis atau
reaksi hipersensitiva (reaksi tubuh yang terlalu sensitif) yang hebat merupakan
kontraindikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam
dan panas lebih dari 380C merupakan kontraindikasi pemberian DPT atau HB1 dan
campak.
Jangan berikan
vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS, sedangkan
vaksin yang lainnya sebaiknya diberikan.
Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah sehat.
Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah sehat.
Penanganan bagi
bayi yang mengalami kondisi sakit, sebaiknya tetap diberikan imunisasi:
Pada bayi yang
mengalami alergi atau asma imunisasi masih bisa diberikan. Kecuali jika alergi
pada komponen khusus dari vaksin yang diberikan.
Sakit ringan seperti infeksi saluran pernafasan atau diare dengan suhu dibawah 38,50C. Riwayat keluarga tentang peristiwa yang membahayakan setelah imunisasi. Riwayat yang belum tentu benar ini membuat keengganan bagi ibu untuk memberikan imunisasi pada anaknya, akan tetapi hal ini bukan masalah besar, jadi imunisasi masih tetap diberikan.
Sakit ringan seperti infeksi saluran pernafasan atau diare dengan suhu dibawah 38,50C. Riwayat keluarga tentang peristiwa yang membahayakan setelah imunisasi. Riwayat yang belum tentu benar ini membuat keengganan bagi ibu untuk memberikan imunisasi pada anaknya, akan tetapi hal ini bukan masalah besar, jadi imunisasi masih tetap diberikan.
Pengobatan
antibiotik, masih biasa diberikan bersamaan dengan pemberian munisasi. Dugaan infeksi HIV
atau positif terinfeksi HIV dengan tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala
AIDS, jika menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS kecuali imunisasi BCG,
imunisasi yang lain tetap berlaku.
Anak diberi ASI,
bukan masalah pemberian ASi jika disertai pemberian imunisasi. Pemberian imunisasi
juga dapat dilakukan pada bayi yang sakit kronis, seperti penyakit jantung
kronis, paru-paru, ginjal atau liver. Pada penderita
down’s syndrome atau pada anak dengan kondisi saraf yang stabil seperti
kelumpuhan otak yang disebabkan karena luka, imunisasi boleh saja diberikan. Bayi yang lahir
sebelum waktunya (prematur) atau berat bayi saat lahir rendah. Sebelum atau pasca
operasi.
IV.
Efek Samping Obat
Efek samping obat adalah setiap efek
yang tidak diharapkan, yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse
reactions) sebagai akibat dari suatu pengobatan atau prosedur terapi.
Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping. Hal ini
disebabkan karena sama halnya dengan efek terapi, efek samping obat juga
merupakan hasil interaksi yang kompleks antara molekul obat dengan tempat kerja
spesifik dalam sistem biologis tubuh, yang bervariasi antar individu.
Efek samping obat bisa saja muncul
pada setiap penggunaan obat, baik obat farmasi (mengandung bahan aktif tertentu
yang diproses secara kimia), maupun obat herbal. Hal ini karena setiap zat
aktif yang bersifat terapi mungkin saja memberikan reaksi yang tidak
diinginkan.
Beberapa contoh efek samping misalnya:
·
Reaksi Imunologi (kekebalan tubuh), contoh: reaksi alergi akut karena
suntikan antibiotik.
·
Efek farmakologis yang berlebihan, contoh: hipoglikemia berat karena
pemberian insulin.
·
Efek samping karena penggunaan jangka lama, contoh: osteoporosis karena
pengobatan kortikosteroid jangka lama.
·
Gejala putus obat (withdrawal symptoms).
·
dan sebagainya.
D.
MACAM –
MACAM OBAT VITAMIN DAN MINERAL
I.
Vitamin A
Vitamin A merupakan
salah satu jenis vitamin yang larut lemak. Vitamin A (Acon, Aquasol) membantu
menjaga pertumbuhan jaringan epitel, mata, rambut, dan tulang. Selain itu juga
digunakan untuk pengobatankelainan kulit seperti acne. Vitamin mempunyai efek toksik
jika digunakan secara berlebihan.
Contohnya,defek lahir dapat terjadi jika
pasien mengkonsumsi lebih dari 6000 IU selama kehamilan. Hal ini penting untuk
diingat bahwa vitamin disimpan di liver sampai lebih dari dua tahun, dimana
dapat mengakibatkan toksisitas jika pasien mengkonsumsi dengan dosis yang besar
.
Vitamin A didapat
dalam 2 bentuk yaitu preformed vitamin A (vitamin A, retinoid, retinol, dan
derivatnya) dan provitamin A (karotenoid/ karoten dan senyawa sejenis) (Dewoto
2007). Sumber makanan yang mengandung vitamin A antara lain semua jenis susu,
mentega, telur, sayuran dengan daun berwarna hijau dan kuning, buah-buahan, dan
liver. Menurut U.S Recommended Dietary Allowance (RDA) kebutuhan vitamin A pada
pria dewasa sebanyak 1000 µg atau 5000 IU, wanita dewasa 800
µg atau 4000 IU, pada kehamilan membutuhkan sebanyak 1000
µg atau 5000 IU, dan pada ibu menyusui 1200 µg atau setara
dengan 6000 IU.
a.
Farmakodinamik Obat
Pada fibroblast
atau jaringan epitel terisolasi, retinoid dapat meningkatkan sintesis beberapa
jenis protein seperti fibronektin dan mengurangi sintesis protein seperti
kolagenase dan keratin. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan transkripsi
pada inti dan asam retinoat lebih kuat dalam menyebabkan perubahan tersebut.
Asam retinoat mempengaruhi ekspresi gen dengan bergabung pada reseptor yang
berada di inti sel. Terdapat dua kelompok reseptor, yaitu Retinoid Acid
Receptors (RARs) dan Retinoid X Receptors (RXRs). Reseptor retinoid segolongan
dengan reseptor steroid, hormone tiroid, dan kalsitriol. Retinoid dapat
mempengaruhi ekspresi reseptor hormon dan faktor pertumbuhan sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan, diferensiasi, dan fungsi sel target. Selain itu juga
diperlukan untuk pertumbuhan tulang, alat reproduksi, dan perkembangan embrio.
b.
Farmakokinetik Obat
Vitamin ini
diabsorpsi sempurna melalui usus halus dan kadarnya dalam plasma mencapai
puncak setelah empat jam tetapi absorpsi dosis besar vitamin A kurang efisien
karena sebagian akan keluar melalui feses. Gangguan absorpsi lemak akan
menyebabkan gangguan absorpsi vitamin A, maka pada keadaan ini dapat digunakan
sediaan vitamin A yang larut dalam air. Absorpsi vitamin A berkurang bila diet
kurang mengandung protein atau pada penyakit infeksi tertentu dan pada penyakit
hati seperti hepatitis, sirosis hepatis atau obstruksi biliaris. Berkurangnya
absorpsi vitamin A pada penyakit hati berbanding lurus dengan derajat
insufisiensi hati.
c.
Indikasi
Vitamin A
diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin A.
d.
Posologi
Jenis sediaan untuk
vitamin A antara lain oral, suntikan, dan topical. Penggunaan oral terdapat
bentuk tablet, kapsul, atau larutan/sirup. Sediaan vitamin A dalam larutan air
paling cepat diabsorpsi dan memberikan kadar plasma lebih tinggi dibandingkan
sediaan minyak. Vitamin A kapsul mengandung 3-15 mg retinol
(10.000-15.000 IU)
per kapsul. Sediaan suntikan dalam bentuk larutan mengandung 50.000 IU vitamin
A/ml dapat diberikan secara IM untuk pasien malabsorpsi, mual, muntah, dan gangguan
mata berat. Dosis lebih dari 25.000 IU/hari hanya dapat diberikan pada pasien
defisiensi berat. Penggunaan oral lebih baik daripada parenteral.
e. Dosis Terapi untuk
Kekurangan Vitamin A
100.000-500.000 IU
sehari 3 kali; lalu 50.000 IU selama 14 hari (sehari sekali) Maintenance
10.000-20.000 IU selama 60 hari Kategori dalam kehamilan. Protein Binding
tidak diketahui; waktu paruh: minggu-bulanan kondisi kekurangan Terapi kekurangan vitamin A nya, cegah rabun senja, atasi
kelainan kulit, tingkatkan pertumbuhan tulang
f. Efek samping
Nyeri kepala,
fatigue, drowsiness, iritabel, anorexia, muntah, diare, kulit kering, perubahan
visus, hipoprotrombinemia
g.
Adverse Reactions
Bukti dengan
toksisitas: lekopenia, anemia aplastik, papiledema, peningkatan tekanan intracranial,
hypervitaminosis A (rambut rontok dan kulit mengelupas). Dosis besar selama
kehamilan dapat mengakibatkan cacat bawaan.
h.
Kontra indikasi
Minyak mineral,
kolestiramin,alcohol, dan obat anti dislipidemia karena dapat menurunkan
absorpsi vitamin A. Vitamin ini diekskresi di
ginjal dan feses. (Kamiensky, Keogh 2006)
II. Vitamin B6
(Pyridoxine)
Vitamin B6
merupakan jenis vitamin yang larut air. Pemberian vitamin B6 pada umumnya untuk
mengkoreksi kekurangan vitamin B6 dan membantu mengurangi gejala neuritis yang
disebabkan oleh pemakaian isoniazid (INH) pada terapi TB. Sumber makanan yang
banyak mengandung vitamin ini antara lain daging, sayuran dengan daun berwarna
hijau, sereal gandum utuh, ragi, dan pisang. Kebutuhan vitamin B6 berdasarkan
U.S.
RDA adalah untuk pria sebanyak
15-19 mg/hari, wanita 14-15 mg/hari, kehamilan 18
mg/hari, dan laktasi sekitar 20 mg/hari
a.
Farmakodinamik Obat
Pemberian
piridoksin secara oral dan parenteral tidak menunjukkan efek farmakodinamik
yang nyata. Dosis sangat besar yaitu 3-4 g/kgBB menyebabkan kejang dan kematian
pada hewan coba tetapi dosis kurang dari ini umumnya tidak menimbulkan efek
yang jelas. Piridoksal fosfat dalam tubuh merupakan koenzim yang berperan penting
dalam metabolisme berbagai asam amino, di antaranya dekarboksilasi,
transminasi, dan rasemisasi triptofan, asam-asam amino yang bersulfur dan asam
amino hidroksida .
b.
Farmakokinetik Obat
Piridoksin,
piridoksal, dan piridoksamin mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Metabolit
terpenting dari ketiga bentuk tersebut adalah 4-asam piridoksat. Ekskresi
melalui urin terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal .
c.
Indikasi
Pencegahan dan
pengobatan defisiensi B6, diberikan bersama vitamin B lainnya atau sebagai
multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B kompleks.
Indikasi lain adalah untuk mencegah dan mengobati neuritis perifer oleh obat
seperti INH, sikloserin, hidralazin, penisilamin yang bekerja sebagai antagonis
piridoksin dan/atau meningkatkan ekskresinya melalui urin. Pemberian pada
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen juga
dibenarkan karena kemungkinan terjadinya defisiensi
piridoksin pada wanita-wanita tersebut. Piridoksin juga dilaporkan dapat
memperbaikin gejala keilosis, dermatitis seboroik, glositis, dan stomatitis
yang tidak memberikan respon terhadap tiamin, riboflavin, dan
niasin serta dapat mengurangi gejala-gejala yang menyertai tegangan prahaid
(pramesntrual tension). Indikasi lain yaitu untuk anemia yang responsive
terhadap piridoksin yang biasanya sideroblastik.
d.
Posologi
Piridoksin tersedia sebagai
tablet piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai larutan steril 100 mg/ml piridoksin
HCl untuk injeksi.
e.
Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin 25-100 mg/hari
Isoniazid therapy prophylaxis : 20-25 mg/hari
Peripheral neuritis : 50-200 mg/hari
Maintenance
Laki-laki : 2 mg/hari
Wanita : 1,6 mg/hari
Ibu hamil : 2,1 mg/hari
Ibu menyusui : 2,2
mg/hari
f.
Kondisi kekurangan
Neuritis, kejang, dermatitis,
anemia, lymphopenia.
g.
Efek samping
Nyeri kepala, mual,
somnolen; dosis tinggi menyebabkan neuropathy sensorik (paresthesia, unstable
gait, clumsiness of hands) Adverse Reactions megadosis jangka panjang dapat
menyebabkan neuropathy sensorik.
h.
Kontra indikasi
Dihindarkan pada
pasien yang mendapat levodopa, terapi IV pada pasien jantung.
Perhatian : megadosis pada kehamilan
III. Vitamin C
Vitamin C atau asam
askorbat merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin C bekerja sebagai
suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan.
Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke
enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor
untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Zat ini
berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering.
Vitamin ini dapat ditemukan di buah citrus, tomat, sayuran berwarna hijau, dan
kentang. vitamin ini digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis
protein, lipid, dan kolagen. Vitamin C juga dibutuhkan oleh endotel kapiler dan
perbaikan jaringan. vitamin C bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan metabolism
asam folat. Tidak seperti vitamin yang larut lemak, vitamin C tidak disimpan
dalam tubuh dan diekskresikan di urine. Namun, serum level vitamin C yang
tinggi merupakan hasil dari dosis yang berlebihan dan diekskresi tanpa mengubah
apapun.
Kebutuhan vitamin C
berdasarkan U.S. RDA antara lain untuk pria dan wanita sebanyak 60 mg/hari,
bayi sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil sebanyak 70 mg/hari, dan ibu menyusui
sebanyak 95 mg/hari. Kebutuhan vitamin C meningkat 300-500% pada penyakit
infeksi, TB, tukak peptik, penyakit neoplasma, pasca bedah atau trauma,
hipertiroid, kehamilan, dan laktasi.
a.
Farmakodinamik Obat
Vitamin C berperan
sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan amidasi dengan
memindahkan electron ke enzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan tereduksi;
dan dalam keadaan tertentu bersifat sebagai antioksidan. Vitamin C dibutuhkan
untuk mempercepat perubahan residu prolin dan lisin padam prokolagen menjadi
hidroksiprolin dan hidroksilisin pada sintesis kolagen. Perubahan asam folat
menjadi asam folinat, metabolisme obat oleh mikrosom dan hidroksilasi dopamine
menjadi norepinefrin juga membutuhkan vitamin C. Asam askorbat meningkatkkan
aktivitas enzim amidase yang berperan dalam pembentukan hormon oksitosin dan
hormon diuretik. Vitamin C juga meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi ion
feri menjadi fero di lambung.Peran vitamin C juga didapatkan dalam pembentukan
steroid adrenal.
Fungsi utama
vitamin C pada jaringan adalah dalam sintesis kolagen, proteoglikan zat organik
matriks antarsel lain misalnya pada tulang, gigi, dan endotel kapiler. Peran
vitamin C dalam sintesis kolagen selain pada hidroksilasi prolin juga berperan
pada stimulasi langsung sintesis peptide kolagen. Gangguan sintesis kolagen
terjadi pada pasien skorbut. Hal ini tampak pada kesulitan dalam penyembuhan
luka, gangguan pembentukan gigi, dan pecahnya kapiler yang mengakibatkan
petechiae dan echimosis. Perdarahan tersebut disebabkan oleh kebocoran kapiler
akibat adhesi sel-sel endotel yang kurang baik dan mungkin juga karena gangguan
pada jaringan ikat perikapiler sehingga kapiler mudah pecah oleh penekanan .
Pemberian vitamin C
pada keadaan normal tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang jelas. Namun
pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala penyakit
dengan cepat.
b.
Farmakokinetik Obat
Vitamin C mudah
diabsorpsi melalui saluran cerna.pada keadaan normal tampak kenaikan kadar
vitamin C dalam darah setelah diabsorpsi. Kadar dalam lekosit dan trombosit
lebih besar daripada dalam plasma dan eritrosit. Distribusinya luas ke seluruh
tubuh dengan kadar tertinggi dalam kelenjar dan terendah dalam otot dan
jaringan lemak. Ekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan bentuk garam
sulfatnya terjadi jika kadar dalam darah melewati ambang rangsang ginjal yaitu
1,4 mg%. Beberapa obat diduga dapat mempercepat ekskresi vitamin C misalnya
tetrasiklin, fenobarbital, dan salisilat.
Vitamin C dosis
besar dapat memberikan hasil false negative pada uji glikosuria (enzymedip
test) dan uji adanya darah pada feses pasien karsinoma kolon. Hasil false
positive dapat terjadi pada clinitest dan tes glikosuria dengan larutan
Benedict.
c. Indikasi
Vitamin C
diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan skorbut. Selain itu, vitamin C
juga digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan
defisiensi vitamin C dan seringkali digunakan dengan dosis besar. Namun,
efektivitasnya belum terbukti. Vitamin C yang mempunyai sifat reduktor
digunakan untuk mengatasi methemoglobinemia idiopatik meskipun kurang efektif
dibandingakan dengan metilen blue. Vitamin C tidak mengurangi insidens common
cold tetapi dapat mengurangi berat sakit dan lama masa sakit.
d.
Posologi
Vitamin C terdapat
dalam berbagai preparat baik dalam bentuk tablet yang mengandung 50-1500 mg
maupun dalam bentuk larutan. Kebanyakan sediaan multivitamin mengandung vitamin
C. Sediaan suntik mengandung vitamin C sebanyak 100-500 mg dalam larutan. Air
jeruk mengandung vitamin C yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk terapi
menggantikan sediaan vitamin C.
Kalsium askorbat dan
natrium askorbat didapatkan dalam bentuk tablet dan bubuk unutk penggunaan per
oral.
e.
Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin C
Dewasa: per hari
50-100 mg. defisiensi berat, PO:IM:IV: 150-500 mg/hari dalam 1-2 dosis terbagi.
500-6000 mg/hari untuk terapi ISPA, kanker, atau hiperkolesterolemia
Maintenance 45-60 mg/hari Kategori dalam kehamilan.
f.
Kondisi kekurangan
Cegah dan atasi
defisiensi vitamin C (Scurvy); meningkatkan penyembuhan luka; untuk luka bakar;
krisis sel sickle; deep vein thrombosis; terapi megavitamin (dosis massif)
tidak direkomnedasikan karena dapat menyebabkan toksisitas.
g.
Efek samping
Nyeri kepala,
fatigue, drowsiness, mual, dada terbakar, muntah, diare. Vitamin C dengan
aspirin atau sulfonamide dapat menyebabkan pembentukan Kristal di urin
(Crystalluria); dapat memberikan hasil false negative adanya darah pada uji
feses dan false positive glikosuria jika diperiksa dengan Clinitest.
h.
Adverse Reactions
Batu ginjal,
crystalluria, hiperurecemia; dosis massif dapat menyebabkan diare dan rasa tidak
enak di perut (GI upset)
i.
Kontra indikasi
Dosis besar dapat
menurunkan efek antikoagulasi oral, kontrasepsi oral dapat menurunkan kadar
vitamin C dalam tubuh; merokok menurunkan kadar serum vitamin C, digunakan
dengan perhatian pada renal calculi batu ginjal); gout, anemia, sel sickle,
seideroblastik, thalassemia.
j.
Interaksi obat
Menurunkan uptake
asam askorbat jika digunakan dengan salisilat; dapat menurunkan efek
antikoagulan oral; dapat menurunkan eliminasi aspirin
IV.
Vitamin E
Vitamin E adalah
vitamin yang larut dalam lemak dan dapat melindungi jantung, arteri, dan
komponen selular untuk tetap melakukan oksidasi dan mencegah lisis sel darah
merah. Jika terdapat ketidakseimbangan garam, sekresi pancreas, dan lemak,
vitamin E diabsorpsi di saluran pencernaan dan disimpan di seluruh jaringan, terutama liver,
otot, dan jaringan lemak. Tujuh puluh lima persen dari jumlah vitamin E
diekskresi di empedu dan sisanya melalui urin.
Delapan jenis tokoferol alam
mempunyai aktivias vitamin E. RRR-α tokoferol (dahulu
disebut d-α-tokoferol)
merupakan bentuk paling penting karena merupakan 90% dari tokoferol yang
berasal dari hewan dengan aktivitas biologik paling besar .
Sumber makanan yang
banyak mengandung vitamin E antara lain sereal gandum utuh, minyak sayuran,
daun bawang, biji bunga matahari. Kebutuhan vitamin E per hari menurut U.S RDA
yaitu pada pria sebanyak 10mg/hari; 15 IU, wanita sebanyak 8 mg/hari; 12 IU,
pada kehamilan dibutuhkan sebanyak 10-12 mg/hari.
Kebutuhan vitamin A
pada orang Indonesia belum diketahui akan tetapi diperkirakan sama dengan rekomendasi U.S RDA
.
Akibat kekurangan vitamin E, Jika
asupan vitamin E kurang pada tubuh maka sel darah merah mudah rusak kemudian
terbelah. Pada keadaan ini terjadi kerusakan pada sistem otot dan syaraf.
Nantinya orang tersebut akan mengalami kesulitan dalam berjalan. Serta
terjadinya nyeri pada otot betis. Bahkan jika kekurangan vitamin E ini cukup
besar dan berkelanjutan, dapat berpotensi memicu adanya kanker baru dalam tubuh
yang menyerang paru-paru, saluran pencernaan, dan payudara.
Bagaimana jika terjadi pada bayi dan
anak-anak? Penyakit pada bayi juga banyak yang disebabkan kekurangan vitamin E.
Apalagi pada bayi prematur yang memang memiliki cadangan vitamin E yang
sedikit. Sehingga pada bayi prematur yang kekurangan vitamin E dalam tubuhnya
akan mengalami gangguan penglihatan. Pada anak yang memiliki usia yang lebih
besar, kekurangan vitamin E ini akan menimbulkan penyakit seperti kelainan
saraf, refleks menurun, gangguan penyerapan di usus, dan lemahnya otot.
Perlu adanya penanganan khusus jika
seseorang sudah kekurangan vitamin atau defisiensi vitamin E secara akut bahkan
kronis. Untuk segera dilakukan upaya pengobatan rumah sakit, Pemberian vitamin
E secara kontinu agar tidak timbul penyakit yang lebih besar seperti kanker
usus, kanker payudara atau kanker paru-paru tidak terjadi.
a.
Farmakodinamik Obat
Vitamin E berperan
sebagai antioksidan dan dapat melindungi kerusakan membrane biologis akibat
radikal.
Vitamin E
melindungi asam lemak tak jenuh pada membrane fosfolipid. Radikal peroksil
bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan vitamin E daripada dengan asam lemak tak
jenuh dan membentuk radikal tokoferoksil. Radikal ini selanjutnya berinteraksi
dengan antioksidan yang lain seperti vitamin C yang akan membentuk kembali tokoferol.
Vitamin E juga penting untuk melindungi membrane sel darah merah yang kaya asam
lemak tak jenuh ganda dari kerusakan akibat oksidasi. Vitamin ini berperan
dalam melindungi lipoprotein dari LDL teroksidasi
dalam sirkulasi. LDL teroksidasi ini memegang peranan penting dalam menyebabkan
aterosklerosis. Selain efek antioksidan, vitamin E juga berperan mengatur
proliferasi sel otot polos pembuluh darah, menyebabkan vasodilatasi dan
menghambat baik aktivasi trombosit maupun adhesi lekosit. Vitamin E juga melindungi
β-karoten dari oksidasi.
b.
Farmakokinetik Obat
Vitamin E
diabsorpsi baik melalui saluran pencernaan. Beta-lipoprotein mengikat vitamin E
dalam darah dan mendistribusikan ke semua jaringan. Kadar plasma sangat
bervariasi diantara individu normal, dan berfluktuasi tergantung kadar lipid.
Rasio vitamin E terhadap lipid total dalam plasma digunakan untuk memperkirakan
status vitamin E. Nilai di bawah 0,8 mg/g menunjukkan keadaan defisiensi. Pada
umumnya kadar tokoferol plasma lebih berhubungan dengan asupan dan gangguan
absorpsi lemak pada usus halus daripada ada tidaknya penyakit.
Vitamin E sukar melalui sawar plasenta sehingga bayi baru lahir hanya mempunyai
kadar tokoferol plasma kurang lebih seperlima dari kadar tokoferol plasma
ibunya. ASI mengandung α-tokoferol yang cukup bagi bayi. Ekskresi
vitamin sebagian besar dilakukan dalam empedu secara lambat dan sisanya
diekskresi melalui urin sebagai glukoronida dari asam tokoferonat atau
metabolit lain.
c.
Indikasi
Pemberian vitamin E
hanya diindikasikan pada keadaan defisiensi yang dapat terlihat sari kadar
serum yang rendah dan atau peningkatan fragilitas eritrosit terhadap hydrogen
peroksida. Hal ini dapat terjadi pada bayi premature, pada pasien dengan
sindrom malabsorpsi dan steatore, dan penyakit dengan gangguan absorpsi lemak.
Penggunaan vitamin E untuk penyakit yang mirip dengan keadaan yang timbul
akibat defisiensi vitamin E seperti distrofia otot,
abortus habitualis, sterilitas, dan toxemia gravidarum.
d.
Posologi
Vitamin E tersedia dalam sediaan
per oral dan parenteral
e.
Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin
Malabsorpsi : 30-100 mg/hari
Defisit berat : 1-2 mg/KgBB/hari atau 50-200 IU/kgBB/hari
f.
Maintenance
Laki-laki : 10 mg/hari; 15 IU
Wanita : 8 mg/hari; 12 IU
Ibu hamil : 10-12 mg/hari
g.
Kondisi kekurangan
Lisis sel darah
merah
h.
Efek samping
Tidak signifikan
i.
Adverse Reactions
Dosis besar dapat
menyebabkan fatigue, kelemahan, mual, rasa tidak nyaman di perut, nyeri kepala,
mammae mengeras, dan waktu
pembekuan memanjang.
j.
Kontra indikasi
Pasien yang
mengkonsumsi warfarin (antikoagulan) harus sering memantau waktu pembekuan.
Besi dan vitamin E sebaiknya
tidak diberikan bersama karena besi dapat mengganggu absorpsi dan penggunaan
vitamin.
V.
Asam Folat
Asam folat (asam
pteroilmonoglutamat, PmGA) terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam
paraaminobenzoat, dan asam glutamate. Asam folat penting untuk pertumbuhan
tubuh dan dibutuhkan dalam sintesis DNA.
PmGA bersama dengan
konjugat yang mengandung lebih dari satu asam glutamate membentuk suatu
kelompok zat yang dikenal sebagai folat. Folat merupakan bentuk aktif asam
folat yang beredar di seluruh jaringan tubuh. Sepertiga dari
folat disimpan di liver dan sisanya disimpan di jaringan lain. Sebagian besar
asam folat diekskresi di empedu. Asam folat didapatkan pada sayuran hijau, buah
dan sayur berwarna kuning, ragi, dan daging dan diabsorbsi di usus halus. Folat
mudah rusak dengan pengolahan (pemasakan) makanan.
Kebutuhan asam
folat per hari menurut U.S RDA antara lain pria dan wanita sebanyak 400
µg/hari, kehamilan sebanyak 600-800 µg/hari, dan laktasi
sebanyak 600-800 µg/hari
a.
Farmakodinamik Obat
Asam folat (PmGA)
merupakan precursor inaktif dari berbagai koenzim yang berfungsi pada transfer
unit karbon tunggal (single carbon unit). Mula-mula folat reduktase mereduksi
PmGA menjadi THFA (asam tetrahidrofolat). THFA yang terbentuk bertindak sebagai
akseptor berbagai unit karbon tunggal dan selanjutnya memindahkan unit ini
kepada zat-zat yang memerlukan. Berbagai reaksi penting yang menggunakan unit
karbon tunggal adalah:
(1) sintesis purin
melalui pembentukan asam inosinat.
(2) sintesis nukleotida
pirimidin melalui metilasi asam deoksiuridilat menjadi asam timidat.
(3) interkonversi
beberapa asam amino misalnya
antara serin dengan glisin, histidin dengan asam glutamate, homosistein dengan
metionin (yang terakhir juga memerlukan B12). Peningkatan metabolism akibat
penyakit infeksi, anemia hemolitik, dan adanya tumor ganas meningkatkan
kebutuhan folat .
b. Farmakokinetik Obat
Absorpsi asam folat
paling baik adalah melalui pemberian per oral terutama pada sepertiga bagian
proksimal usus halus. Pemberian dengan dosis kecil, memerlukan energy untuk
melakukan absorpsi sedangkan pada dosis besar, absorpsi dapat berlangsung
secara difusi. Gangguan pada usus halus masih dapat mencukupi kebutuhan folat.
Ada tidaknya
tanspor protein belum dapat dipastikan. Dua pertiga dari asam folat yang
terdapat dalam plasma darah terikat pada protein yang tidak difiltrasi ginjal.
Distribusi folat merata ke semua sel jaringan dan terjadi penumpukan dalam
cairan serebrospinal. Ekskresi berlangsung di ginjal dan sebagian besar dalam
bentuk Metabolit.
c.
Indikasi
Penggunaan folat
yang rasional adalah pada pencegahan dan pengobatan defisiensi folat.
Penggunaan secara berlebihan pada pasien anemia pernisiosa dapat merugikan
pasien karena folat dapat memperbaiki kelainan darah pada anemia pernisiosa
tanpat memperbaiki kelainan neurologic sehingga dapat berakibat pasien cacat
seumur hidup .
Kebutuhan asam
folat meningkat pada ibu hamil dan dapat menyebabkan defisiensi asam folat bila
tidak atau kurang mendapatkan asupan asam folat dari makanannya. Beberapa
penelitian menunjukkan ada hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada ibu
dengan insidens neural tube defect, seperti spina bifida dan anensefalus, pada
bayi yang dilahirkan. Efek toksik pada penggunaan folat untuk manusia hingga
sekarang belum pernah
dilaporkan.
d. Posologi
Asam folat tersedia
dalam bentuk tablet yang mengandung 0,4; 0,8 dan 1 mg asam pteroliglutamat dan
dalam larutan injeksi asm folat 6 mg/ml. Selain itu, asam folat terdapat dalam
berbagai sediaan multivitamin atau digabung dengan antianemia lainnya. Asam
folat injeksi biasanya hanya digunakan sebagai antidotum pada intoksikasi
antifolat (antikanker).
e.
Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin
1-2 mg/hari
f.
Maintenance
Pria dan wanita : 400 µg/hari
Ibu hamil dan laktasi: 600-800
µg/hari
g.
Kondisi kekurangan
Penurunan jumlah
lekosit dan factor pembekuan darah, anemia, gangguan intestinal, dan depresi.
h.
Efek samping
Tidak signifikan
i.
Adverse Reactions
Dosis besar dapat menutupi
tanda dan gejala defisiensi vitamin B12 yang berisiko pada usia tua. Pasien dengan Phenytoin
(Dilantin) untuk kejang sebaiknya berhati-hati mengkonsumsi asam folat karena
dapat meningkatkan risiko
kejang.nSelama kehamilan trimester
pertama, kekurangan asam folat dapat mempengaruhi perkembangan system saraf pusat pada fetus;
hal ini dapat menyebabkan neural tube defects seperti spina bifida (defek
penutupan struktur tulang medulla spinalis) atau
anencephaly ( sedikitnya formasi massa otak)
j.
Kontra indikasi
Anemia pernisiosa,
anemia aplastik, normocytic, dan anemia refrakter.
V.
Zinc/Seng (Zn)
Zinc (Zn) merupakan
mineral yang berperan sebagai kofaktor lebih dari 100 enzim dan penting untuk
metabolism asam nukleat dan sintesis protein. Zn menstimulasi aktivitas lebih
dari 100 enzim yang memiliki fungsi penting bagi tubuh termasuk produksi
insulin, membuat sperma dan memainkan peran penting dalam sistem imun dan
sintesis DNA. Zn membantu penyembuhan luka dan membantu pasien mempertahankan
kemampuan dalam pengecapan dan pembauan.
a.
Farmakodinamik Obat
Absorpsi Zn dipercepat oleh ligand berat molekul rendah yang
berasal dari pancreas. Kurang lebih 20-30% Zn per oral diabsorpsi terutama pada
duodenum dan usus halus bagian proksimal. Jumlah Zn yang diabsorpsi tergantung
pada berbagai factor termasuk sumbernya. Zn yang berasal dari hewan pada
umumnya diabsorpsi lebih baik daripada yang berasal dari tumbuhan. Hal ini
disebabkan adanya fitat dan serat tumbuhan yang mengikat Zn pada usus sehingga
tidak dapat diabsorpsi. Fosfat, besi, Cu, Pb, cadmium, dan kalsium juga menghambat absorpsi
Zn. Sebaliknya absorpsi Zn meningkat pada masa kehamilan. Hal ini dikarenakan
oleh kortikosteroid dan endotoksin. Dosis Zn yang lebih besar dari 150 mg
dapatmenyebabkan kekurangan tembaga, menurunkan HDL kolesterol, dan memperlemah
respon imun pasien.
b.
Farmakokinetik Obat
Zn didistribusikan
ke seluruh tubh dan kadar tertinggi didapatkan pada koroid mata, spermatozoa,
rambut, kuku, tulang, dan
prostat. Di dalam plasma sebagian besar Zn terikat pad protein terutama pada
albumin, α-2 makroglobulin, dan transferin. Ekskresi Zn terutama
melalui feses sejumlah kurang lebih dua pertiga dari asupan Zn. Sekitar 2%
diekskresi di urin. Kehilangan Zn dalam jumlah besar dapat terjadi akibat diare
atau keluarnya cairan dari fistula. Zn menghambat absorpsi dari tetrasiklin
(antibiotic) dan oleh karena itu sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan antibiotic.
Pasien harus menunggu dua jam setelah meminum antibiotic sebelum mengkonsumsi
Zn.
c.
Indikasi
Pemberian Zn secara
rasional adalah pada pasien dengan defisiensi Zn. Defisiensi ini terjadi akibat
asupan yang tidak cukup misalnya pada oang tua, alkoholisme dengan sirosis, dan
gizi buruk; absorpsi yang kurang misalnya pada sindrom malabsorpsi, fibrosis
kistik; meningkatnya ekskresi Zn pada pasien anemia sickle cell, luka bakar
yang luas, fistula yan mengeluarkan cairan; atau pada pasien dengan gangguan
metabolism bawaan misalnya akrodermatitis enteropatik. Defisiensi Zn pada ibu
hamil mungkin dapat menyebabkan efek teratogenik.Disfungsi
kelamin dan impoten yang terjadi pada pasien penyakit ginjal sebagian dapat
diatasi dengan pemberian Zn.
d.
Posologi
Tersedia dalam bentuk per oral.
e.
Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin
12-19 mg/hari
f.
Maintenance
12-19 mg/hari
g.
Kondisi kekurangan
Retardasi
pertumbuhan, diare, muntah, pubertas terlambat, kelemahan, kulit kering,
penyembuhan luka yang lama.
h.
Efek samping
Tidak diketahui
i.
Adverse Reactions
Anemia, peningkatan
LDL kolesterol, nyeri otot, demam, mual, dan muntah.
j.
Kontra indikasi
Jangan diminum
bersamaan dengan tetrasiklin
VI. Mineral Mix
Mineral mix
merupakan salah satu komponen dalam pembuatan Rehydration Solution for
Malnutrition (ReSoMal) dan Formula WHO (Formula 75 dan 100 ) yang
digunakan dalam Tatalaksana Anak Gizi Buruk untuk memenuhi kekurangan zat gizi
mikro pada pada anak gizi buruk Sasaran penguna mineral mix adalah anak gizi
buruk klinis dan atau antropometri (BB/TB < -3 SD) dan anak gizi buruk
paska perawatan. Tiap kemasan/ sachet mineral mix mengandung zat aktif KCl,
Tripotasium Citrat, Magnesium Clorida, Zn asetat dan
Cuprum sulfat. ReSoMal adalah cairan yang diberikan kepada anak gizi buruk yang
menderita diare dan atau dehidrasi. Formula WHO adalah formula yang diberikan
pada anak.
Penderita gizi
buruk. Mineral mix dalam bentuk sachet sudah tersedia di Kementerian Kesehatan
dan menjadi pedoman tatalaksana anak gizi buruk di Indonesia. Tiap
kemasan mineral mix mengandung zat aktif sebagai berikut
a.
Komposisi mineral mix
Tiap kemasan dimaksudkan untuk
membuat 20 ml larutan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengetahuan dan
pemahaman mengenai seluruh unsur dan komponen obat-obatan yang berkaitan dengan
dunia kesehatan sangatlah penting. Tenaga kesehatan selaku orang yang memiliki kewenangan
dalam segala bentuk tindakan medis juga bertanggung jawab penuh atas segala
bentuk tindakan yang berkaitan dengan obat-obatan yang digunakan.
Penguasaan materi
tentang keterkaitan berbagai penyakit dengan obat-obatan yang diberikan kepada
pasien dan terapi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, akan mengurangi resiko
yang mungkin ditimbulkan. Dalam segi pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan juga akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasaan klien yang digunakan
sebagai penentu mutu serta kualitas pelayanan kesehatan.
B.
Saran
Kepada seluruh
tenaga kesehatan diwajibkan untuk menguasai segala bentuk teori dan metode yang
berkaitan dengan obat-obatan. Tenaga kesehatan juga harus mampu memberikan
konseling kepada masyarakat mengenai segala aspek, unsur, dan komponen
obat-obatan yang digunakan dalam segala bentuk tindakan medis.
Kepada masyarakat,
diharapkan untuk tidak sembarangan dalam mengonsumsi obat-obatan, dan lebih
teliti dalam memilih obat-obatan. Selain itu, masyarakat diharapkan untuk berkonsultasi
dengan tenaga kesehatan dalam menangani gangguan maupun penyakit yang dialami.
DAFTAR PUSTAKA
Farmakologi
Dasar dan Klinik Edisi 6, B.G. Katzung
Farmakologi
Pendekatan Proses Keperawatan, Joyce L.
Kee, Evelyn R. Hayes
Farmakologi
untuk Keperawatan, dr. Jan Tambayong
Sinopsis
Farmakologi, Dr. Agus Djamhuri
Farmakologi
dan Toksikologi Sistem Kekebalan, Darmono.
Jakarta : Universitas
Indonesia
(UI-Press). 2006
Farmakologi
Kebidanan. Sue Jordan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 2002
thanks for sharing.
BalasHapusObat Perangsang Wanita
Obat Kuat Pria
Obat Pelangsing Badan
Obat Pembesar Penis
Obat Penggemuk Badan
Obat Peninggi Badan
Obat Penyubur Sperma
obat perangsang
Obat Perangsang Cair
Obat Perangsang Serbuk
Obat Perangsang Oles
Parfum Perangsang
Permen Perangsang
thank bro informasinya...Artikel kesehatan terbaru
BalasHapusCoin Casino Review ᐈ Bonus Codes, Free Spins & No Deposit
BalasHapusWe've reviewed Coin Casino youtube downloader and the 바카라 사이트 top online casino that offers the best 인카지노 bonuses in terms of welcome bonuses and free spins.